Sabtu, 07 November 2015

Jalan kita berbeda.

Kau tau apa yang sedaritadi kupikirkan? Tanyaku. Tidak jawabmu. Aku tau semua terasa berat di mata dan dihati. Berat dimata mengangkut semua air mata yang ingin berlinang dan membanjiri kedua pipi. Dan berat dihati,berat untuk dipikirkan dan dirasakan. Kita bisa menutup mata ketika tidak ingin melihat sesuatu yang menyakitkan tapi tidak bisa menutup hati untuk tidak merasakan yang memang seharusnya dirasakan. Aku tau di diamkan seperti nasi yang terlalu panas atau air yang mendidih itu memang bosan tapi aku berusaha bertahan duduk disebelahmu mendengarkan semua tangisan dan jeritan dari dalam hatimu yang kau pendam dalam dalam. Aku bisa mendengarnya hanya saja tak ingin ku bahas. Aku tau semua itu sakit.
Aku membuka pembicaraan. ‘udah ikhlasin ya?’. Tangismu yang tadi kau pendam kini meledak di sampingku. ‘aku gak tau mau apa setelah ini’.
Diselingkuhi itu sakitnya gak seberapa. Tapi ketika ditinggal itu sakitnya luar biasa tapi tergantung ditinggal kemana.
‘sudah ya, aku tau dia emang segalanya buat kamu. Mungkin sudah jalannya seperti ini.’ Aku sadar terhadap apa yang aku ucapkan. Jika setiap tetes air mata yang keluar dari matanya berbunyi sangat deras, mungkin suara ku sudah tak terdengar lagi. ‘aku pengen ikut dia pergi.’ Gak bisa jawabku.
Aku gak mungkin kehilangan kamu gadis manisku.
‘aku sedih banget.’ Iya aku tau kamu sedih, aku bener bener tau.tapi kamu gak tau kalau aku juga sedih ketika harus tau niatmu untuk mengikutinya pergi dari sini.
Matahari pertama setelah waktu itu. Aku mendengar kabarmu melalui angina yang berbisik dari jendela kamarku. Aku langsung menyusul ke rumahmu. ‘apakah kesedihan kehilangan itu menular?’ gumamku. Namun kali ini aku bergumam sendiri, tidak aka nada satu pun orang yang mendengar gumam an aku di tengah keriuhan duka cita kehilangan gadis ceria yang baru saja kehilangan keceriaanya kemarin.
‘kini aku yang kehilangan keceriaan.’
Gadis manisku sudah tidur dengan lelap. Sudah bahagia bisa menyusul lelaki pujaannya disana.
Saat kejadian kemarin, kamu tau apa yg ku pikirkan sedaritadi? Aku ingin kau jatuh dipelukanku. Tapi ternyata tidak. Tidak seperti apa yang aku pikirkan. Tidak seperti jawabmu.
Maafkan aku tidak bisa menjaga raga dan jiwamu. Maafkan aku ketika kini aku memilih tetap bertahan di dunia yang terpisah oleh segunduk tanah merah yang basah. Maafkan aku ketika aku tidak menyusulmu disana.
Lelaki itu hanya pembohong jika engkau tau, namun sangat disayangkan ketika aku tidak bisa membuatmu percaya atas semua bukti ini.
Aku mengingikanmu disini, aku benar benar sedih sekarang.
Aku tau kesedihan itu terkadang menular. Dan aku tau takdir itu kita yang merubah. Maafkan aku ketika aku harus tetap menunggu waktu yang menjemputku untuk ke duniamu. Aku tau jalan kita berbeda, aku lebih suka menunggumu kembali meski itu tidak mungkin, sedangkan kau lebih suka berlari kea rah yang belum pasti. Dan tentu saja dunia kita sekarang berbeda.
Aku ingin kamu kembali, meski itu tidak mungkin.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar