Sabtu, 22 Februari 2014

Karena mu.

Aku takkan seberani ini jikalau dulu aku tak lahir dari rahimu yang kokoh.
Aku takkan semampu ini untuk menulis, membaca tanpa asuh kasih mu.
Aku takkan sekuat ini untuk berlari dan berjalan tanpa nutrisi darimu.
Aku takkan melepaskan semua ingatanku, darimana aku berasal. Darimu, engkau yang hebat dan perkasa.
Aku akan mengenggam tanganmu dan menuntunmu, saat engkau mulai beranjak tua.
Tua, Bagiku itu hal alami terhebat yang pernah aku tau.
Seberusaha mungkin aku menuntunmu, menuju tempat yang engkau inginkan, tempat yang sedari dulu engkau impikan, Makkah.
Aku ingin membalas budi jasamu. Melahirkanku, mengasuhku, membiayai hidupku, mengurusku, dan sudahlah lebih dari kata cukup ketika engkau tak pernah mengatakan ‘menyayangiku’ namun semua sikap perilaku sudah menunjukan isi hatimu.
Aku mendoakan diam-diam, aku tak ingin ada yang mengetahui air mata karena takut kehilangan sosok malaikat yang bersamaku hingga detik nafasku.
Aku takut, namun semua ketakutan itu akan terjadi suatu saat nanti. Mungkin aku takkan sanggup menahan pedihnya mata ketika memang harus terbanjiri air mata, aku mungkin takkan sanggup. dan mungkin aku akan terus berdzikir memohon hal yang tak mungkin terjadi.namun jika semua itu telah terjadi  Aku hanya ingin menjadi anak yang berbakti dan doaku selalu di kabulkan oleh-Nya, doaku untukmu. Ibu.


Jumat, 07 Februari 2014

Diriku yang tak juga paham.


Tak seharusnya semua ini terjadi, tak seharusnya aku membicarakannya lagi. Maafkan aku yang tak paham juga tentang perasaanmu yang begitu tulus kepadaku sehingga membuat semua ini terasa begitu rumit untuk dijelaskan.