Senin, 23 Juni 2014

bukan yang diharapkan.


Dari awal kita berjumpa, saling mengobrol aku bisa menebak beberapa sifatmu dan itu benar. Sopan, tipe pendengar, suka bertanya, tertutup dan penurut. Aku hampir tak percaya awalnya jika seorang pria yang mempunyai banyak teman sepertimu sangatlah tertutup terutama dalam hal perasaanmu, tak kau biarkan sedikit rahasiamu terkuak oleh public.
Aku sebagai teman barumu begitu tak menyangka, hingga akhirnya aku mengajarkanmu sedikit tentang kepercayaan (bukan dalam hal agama)K maksudnya adalah rasa percaya kepada teman.
aku membujukmu untuk percaya dan mengungkapkan isi pikiranmu. tentulah semua orang punya masalah. Jadi aku mengajari berbagi isi pikiran, curhat.
Tapi yang terjadi bukan hal yang kuharapkan. Dan aku baru sadar akhir-akhir ini K bagaimana mungkin? Aku malah jadi tidak mengerti. Malah jadi menyangkut masalah perasaan juga. Ini semakin sulit di urai.

Jumat, 20 Juni 2014

Ikhlas.

weheartit
jadilah orang yang ikhlas.
 
 kehilangan "aku ikhlas kau pergi, tapi aku tetap disini"

keputusasaan "aku ikhlas, aku tidak akan menangis karena menangis tidak akan mengembalikannya"

kegagalan "aku ikhlas mungkin ini yang terbaik keberhasilan bukan miliku sekarang"

kesakitan "aku ikhlas, tak apa kesakitan hatiku tidak akan membekas lama"

kekecewaan "aku ikhlas, tak apa, kecewaan menguatkan"
penantian "aku ikhlas aku menunggu meski kau tidak akan pernah datang"

ikhlas itu indah.
meski kita sudah memakan banyak harapan. belajarlah ikhlas.
namun keikhlasan tidak untuk di pamerkan, ditunjuk tunjukan jika kita sedang ikhlas. tidak!
ikhlas itu disimpan dalam hati, dijaga kemuliaannya.
jika kita tidak bisa melihat keikhlasan bukan berarti ikhlas itu tidak ada disana.

Pertemanan.

Teman itu tidak ada yang sempurna..
weheartit
kadang berisik, suka meminjam, tidak bisa jaga rahasia, suka menyakiti, menghianati, suka nikung, pelit, sombong, pamer, suka menghina.
kitapun juga meski kita tidak menyadari.
namun dengan segala kekurangan itulah kita bisa saling mengingatkan, memberi nasihat
membuat pertemanan kita penuh makna untuk di pelajari.
dengan segala kekurangan itu bukan berarti kita tidak bisa menyukai teman itu, bahkan dengan kekurangan itu kita bisa saling melengkapi.
jangan takut untuk menjadi diri sendiri saat berteman karena takut tidak ada yang akan mau berteman.
ketika kita memilih berteman dengan topeng dan kepura-puraan dan orang menyukainya, maka itu masalah kita.
tapi ketika kita apa adanya dan orang tidak suka maka itu masalah mereka.
pahamilah.
teman sejati tidak peduli kita ini siapa kaya atau miskin, cantik atau jelek. yang mereka peduli hanyalah selalu menemani, selalu ada, bisa membuat kita nyaman didekatnya, tampil apa adanya dan membantu kita menjauhi hal buruk.

Jumat, 02 Mei 2014

Bukan soal kebersamaan.

Cinta itu bukan soal kebersamaan apalagi memiliki.

Melainkan pada ingatan yang diletakkan di hati kita masing-masing, pun dalam doa-doa yang dipanjatkan dalam senyap.

Itulah kenapa, kalaupun kita tidak memiliki seseorang/sesuatu, tidak bersama dengannya, atau malah dibenci karena salah paham, perbedaan, atau memang simpel karena tidak suka (apapaun alasan tdk suka tersebut), kita tetap selalu bisa menyebutnya dengan kata cinta.
--Darwis Tere Liye--

Benda bernama perasaan.

"Perasaan adalah perasaan, meski secuil, walau setitik hitam di tengah lapangan putih luas, dia bisa membuat seluruh tubuh jadi sakit, kehilangan selera makan, kehilangan semangat. Hebat sekali benda bernama perasaan itu."
--Darwis Tere Liye--

Selasa, 15 April 2014

Melepaskan.

Dalam banyak kesempatan
Kita bisa memutuskan bertarung habis-habisan
Menggunakan segala upaya
Untuk memiliki sesuatu yang amat berharga
Menggenggamnya penuh keyakinan
Bahwa itu layak diperjuangkan
Sungguh butuh seluruh kekuatan untuk melakukan hal ini.

Tetapi
Kadangkala kita lupa sebuah nasehat lama
Ada sesuatu yang justeru membutuhkan kekuatan lebih besar untuk dilakukan
Yaitu: melepaskan pergi apa yang telah kita perjuangkan habis2an
Karena kita tahu, sesuatu itu boleh jadi lebih baik jika dilepaskan
Lebih bahagia dan lebih cemerlang besok lusa
Karena saat ini belum pantas, atapun tidak siap
Semoga kelak akan kembali dengan sendirinya

Sungguh, yang satu ini membutuhkan kekuatan lebih besar
Dibandingkan sekadar memperjuangkannya.
-- Darwis Tere Liye --

Bersabarlah untuk hadiah yang hebat.

Jika dua orang memang benar-benar saling menyukai satu sama lain, bukan berarti mereka harus bersama saat ini juga. Tunggulah diwaktu yang tepat, saat semua memang sudah siap, maka kebersamaan itu bisa jadi hadiah yang hebat untuk orang-orang yang bersabar.
Sementara menanti, sibukkanlah diri untuk terus menjadi lebih baik. Waktu dan jarak akan menyingkap rahasia besarnya, apakah rasa suka itu semakin besar, atau semakin memudar.
*Tere Liye

Sudah hilang.


Mungkin rasa sayangnya sudah menurun pada anak terakhir. empat tahun silam.

Dirimu sebagian dalam hidupku.


Biarkan aku sendiri dengan rindu yang kian membeku memenuhi sekujur tubuhku. Terdiam. Teramat dalam aku merasakannya. Menahan rasa ingin jumpa. Melihat senyuman yang mengembang.mendengar suara berat yang melegakan perasaan. memandang raut wajah yang menyenangkan, selalu membuat aku tertawa.

Namun dalam kenyataannya setiap kita berkirim pesan, kau selalu memarahiku, kau selalu menyalahkanku entah dengan semua sifatku. Kekanak kanakan ku, aku yang tidak mudah paham, semuanya. Tapi kau tau? Disana ada beberapa orang yang menerima ku, apa adanya. Semua sifat kekanak kanakan ku, ke cerobohanku dan kemalasanku.  Itu membuatku lelah bersamamu.

Aku tak ingin menjadi orang lain dengan kehidupan mereka. Aku lebih senang menjadi diriku, meski berat dan menyedihkan. Akan ku nikmati dan sisap setiap luka untuk bisa membuat sebuah cerita yang terinspirasi dari hidupku sendiri. Membuatku mensyukuri hidup ini. Aku tau. Aku hidup di dunia yang sangat mengagumkan bahkan aku sendiri terkesan dengan hidupku yang sekarang dengan dirimu sebagai penghias hidupku.

Dan kini aku merindukan penghias hidupku. Penghias yang membuatku melupakan sebagian bebanku.

Sabtu, 22 Februari 2014

Karena mu.

Aku takkan seberani ini jikalau dulu aku tak lahir dari rahimu yang kokoh.
Aku takkan semampu ini untuk menulis, membaca tanpa asuh kasih mu.
Aku takkan sekuat ini untuk berlari dan berjalan tanpa nutrisi darimu.
Aku takkan melepaskan semua ingatanku, darimana aku berasal. Darimu, engkau yang hebat dan perkasa.
Aku akan mengenggam tanganmu dan menuntunmu, saat engkau mulai beranjak tua.
Tua, Bagiku itu hal alami terhebat yang pernah aku tau.
Seberusaha mungkin aku menuntunmu, menuju tempat yang engkau inginkan, tempat yang sedari dulu engkau impikan, Makkah.
Aku ingin membalas budi jasamu. Melahirkanku, mengasuhku, membiayai hidupku, mengurusku, dan sudahlah lebih dari kata cukup ketika engkau tak pernah mengatakan ‘menyayangiku’ namun semua sikap perilaku sudah menunjukan isi hatimu.
Aku mendoakan diam-diam, aku tak ingin ada yang mengetahui air mata karena takut kehilangan sosok malaikat yang bersamaku hingga detik nafasku.
Aku takut, namun semua ketakutan itu akan terjadi suatu saat nanti. Mungkin aku takkan sanggup menahan pedihnya mata ketika memang harus terbanjiri air mata, aku mungkin takkan sanggup. dan mungkin aku akan terus berdzikir memohon hal yang tak mungkin terjadi.namun jika semua itu telah terjadi  Aku hanya ingin menjadi anak yang berbakti dan doaku selalu di kabulkan oleh-Nya, doaku untukmu. Ibu.


Jumat, 07 Februari 2014

Diriku yang tak juga paham.


Tak seharusnya semua ini terjadi, tak seharusnya aku membicarakannya lagi. Maafkan aku yang tak paham juga tentang perasaanmu yang begitu tulus kepadaku sehingga membuat semua ini terasa begitu rumit untuk dijelaskan.

Kamis, 30 Januari 2014

Aku dan suasana itu.


Ratusan  bangku  yang disediakan masih Nampak kosong. Kehampaan disini begitu terasa. Aku hanya bisa memandangnya, ratusan bangku kosong, seonggok lapangan basket yang belum hangat oleh injakan pemain, beberapa meja juri dan dua buah ring basket yang terlihat berdiri kokoh menunggu sebuah bola memasuki lubang ringnya.
Pukul 13.30 Open gate acara Basket Yogyakarta ini, Nampak satu persatu supporter berdatangan mengisi kekosongan bangku yang disediakan. Hampir seperti dulu kau mengisi hari-hariku dengan hangat hadirmu disisi. Dress code yang Nampak sangat berbeda di setiap sekolah. Hampir seperti perbedaan kita yang tercipta. Aku hanya duduk dibawah dekat ring dan memandangi puluhan bahkan ratusan jejak kaki yang ditinggalkan didepan pintu masuk dan ratusan sudut tiket juga tersobek sebagai tanda dimana kita diperbolehkan masuk. Tiket, syarat untuk bisa masuk ke dalam arena ini. Tak seperti aku dan hatiku.. tak perlu tiket untuk bisa mengetuk pintu ini, hanya butuh rasa percaya dari dalam diriku sendiri yang dulu pernah di khianati.
Aku yang di tempat itu sebagai pencatat apa yang terjadi atau anggap saja journalis, yah, journalis competition. Aku pengamat. Aku mengamati apa yang terjadi dalam pertandingan. Tidak. Aku justru mengamati supporter  atau penonton yang datang dengan pasangan mereka, duduk di tribun atas dan bergandengan tangan yang terlihat hangat. Aku jadi ingat, kala itu. Tidak, aku tidak ingin menceritakannya, meski itu hal yang selalu aku ingat. Aku duduk di tribun paling atas. Sendirian. Aku mengamati berbagai postur tubuh para pria yang duduk didepanku. Aku ingat postur itu, bahu itu. Tidak, itu bukan kamu, dan juga wanita yang disampingnya bukan aku. Aku hanya berusaha untuk tidak menoleh, memandang dan terpikir akan yang lalu. Aku berusaha focus pada pertandingan, bola yang dipantulkan dan dilempar kesana kemari oleh pemain. Namun aku berusaha melupakan bahwa bola itu aku, aku yang dipermainkan dan aku yang hanya dilempar-lempar layaknya bola itu.
hanya perumpaan kita yang dulu.
Semakin bosan aku teringat masa dikala itu, aku coba membuka keypad di ponsel ku dan mengecek apakah ada pesan yang masuk. Ada. Teman seperjuanganku, Journalis competition. Hanya saja dia berada di samping area pertandingan. Area yang pas untuk move-on. Ya, tempat itu sangat nyaman untuk memandang cool-nya para pemain basket tanpa pasangannya. Kembali pada pesan yang temanku sampaikan, ia mengajak untuk segera turun dan menunaikan ibadah sholat ashar. Aku segera mencari jalan turun. Dan kembali ke area parkiran kendaraan. Namun tak kembali pada masa yang telah lalu.
Aku bertemu temanku dan kami banyak mengobrol tentang apa yang kami alami tadi selagi pertandingan, dia bercerita tentang para pemain putra yang berhasil di tangkap mata lensa kameranya. Sedang aku hanya terdiam mendengarkan ceritanya tanpa ingin menceritakan apa yang aku pikirkan tadi.
Begitu seterusnya. Aku hampir saja lelah. Apalaagi jika sponsor utama acara itu sedang memutarkan iklannya di layar, ditengah-tengah Gedung Olahraga itu. “…terus melaju, lupakan masa lalu…” aku malah semakin mengingat apa yang seharusnya tak aku ingat. Semakin merindu masa yang tak mungkin ku bertemu. Semakin memikirkan dan menghabiskan banyak waktuku yang berharga.