Selasa, 07 Januari 2014

AKU UNTUKMU #1


Aku pusing.
Aku benci pada hal ini, kamu tak mengangkat telfonku sejak tadi malam. Mungkin sudah 37 panggilan tak terjawab di handphone-mu dariku. Entah berapa panggilan tak terjawab dari selingkuhanmu. Mungkin selingkuhanmu tidak menelfon tetapi sudah berkencan denganmu. Lelah. Aku butuh bahu. Aku peluk bantal berbentuk emoticon, pemberian teman sekelasku saat aku berulangtahun, tahun lalu. Aku tumpahkan semua air mata ini. tak sanggup aku berpura-pura tegar. Aku tak bisa berbohong hanya untuk membuat diriku lebih menarik. Senyum, Saat ini lekukan manis itu tak hadir dalam hariku. Pikiranku penuh. Penuh dugaan “apa-apa” denganmu. Kamu menghilang.

Aku bosan. Aku bosan menunggu kabar darimu. Hari ini, sehari setelah sore itu aku menangis habis-habisan. Aku berusaha tak peduli lagi denganmu. Ya aku berusaha berpura-pura lagi. Aku pulang dari kampus, mengendarai motor berbentuk vespa, scoopy. Dalam perjalananku yang kupikirkan hanyalah dirimu. Tidakkah kau mengerti? Aku menghawatirkanmu!
Sekelebat terlintas dalam benakku menuju taman kota. Aku muak. Disini penuh dengan pasangan. Lalu ku lihat jam ditangan, 14 februari. Yaa pantas saja. Aku hanya duduk dibangku taman dengan sebatang coklat manis ditangan. Seperti angin, datang menghembuskan lalu pergi perlahan. Kini aku benar benar tak tahan. Aku menelfonmu lagi. Kamu angkat. Bukan kamu. Tak sampai 10 menit pembicaraan ini terputus. Aku menangis.

Kenangan. Terkubur dalam namun suatu ketika dapat bangkit semau mereka. Menghancurkan mood, mengulur benang pikiran dengan panjang lalu melepaskan tanpa tanggungjawab. Meninggalkan bekas aliran air mata di pipi. Mencintai lalu tiba-tiba pergi.

Untuk kamu,
Aku merindukan sosokmu,
Tetap diam dan mengerti saat aku marah.
Menggenggam jemariku saat aku tidak dalam mood yang bagus.
Memeluk dan merayuku saat aku cemburu.
Tidak pernah lelah menanyakan kabar dariku.
Tidak bosan untuk menghiburku.

Itu kamu tetapi kamu yang dulu.

Kamu yang sekarang,
Hanya diam dengan apapun yang aku lakukan.
Hanya diam meskipun air mataku mengalir deras.
Hanya diam walau ku panggil panggil namamu.
Tapi aku tetap menjaga perasaan ini, seperti dulu.

Selamat jalan kamu. Maafkan aku yang selalu menghawatirkan kamu.
Penuh cinta,
Aku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar