Ratusan bangku yang disediakan masih Nampak kosong.
Kehampaan disini begitu terasa. Aku hanya bisa memandangnya, ratusan bangku
kosong, seonggok lapangan basket yang belum hangat oleh injakan pemain,
beberapa meja juri dan dua buah ring basket yang terlihat berdiri kokoh
menunggu sebuah bola memasuki lubang ringnya.
Pukul 13.30 Open gate
acara Basket Yogyakarta ini, Nampak satu persatu supporter berdatangan mengisi
kekosongan bangku yang disediakan. Hampir seperti dulu kau mengisi hari-hariku
dengan hangat hadirmu disisi. Dress code
yang Nampak sangat berbeda di setiap sekolah. Hampir seperti perbedaan kita
yang tercipta. Aku hanya duduk dibawah dekat ring dan memandangi puluhan bahkan
ratusan jejak kaki yang ditinggalkan didepan pintu masuk dan ratusan sudut
tiket juga tersobek sebagai tanda dimana kita diperbolehkan masuk. Tiket,
syarat untuk bisa masuk ke dalam arena ini. Tak seperti aku dan hatiku..
tak perlu tiket untuk bisa mengetuk pintu ini, hanya butuh rasa percaya dari
dalam diriku sendiri yang dulu pernah di khianati.
Aku yang di tempat itu sebagai pencatat apa yang terjadi
atau anggap saja journalis, yah, journalis
competition. Aku pengamat. Aku mengamati apa yang terjadi dalam
pertandingan. Tidak. Aku justru mengamati supporter atau penonton yang datang dengan pasangan
mereka, duduk di tribun atas dan bergandengan tangan yang terlihat hangat. Aku
jadi ingat, kala itu. Tidak, aku tidak ingin menceritakannya, meski itu hal
yang selalu aku ingat. Aku duduk di tribun paling atas. Sendirian. Aku
mengamati berbagai postur tubuh para pria yang duduk didepanku. Aku ingat
postur itu, bahu itu. Tidak, itu bukan kamu, dan juga wanita yang disampingnya
bukan aku. Aku hanya berusaha untuk tidak menoleh, memandang dan terpikir akan
yang lalu. Aku berusaha focus pada pertandingan, bola yang dipantulkan dan
dilempar kesana kemari oleh pemain. Namun aku berusaha melupakan bahwa bola itu
aku, aku yang dipermainkan dan aku yang hanya dilempar-lempar layaknya bola
itu.
hanya perumpaan kita yang dulu. |
Semakin bosan aku teringat masa dikala itu, aku coba membuka
keypad di ponsel ku dan mengecek
apakah ada pesan yang masuk. Ada. Teman seperjuanganku, Journalis competition.
Hanya saja dia berada di samping area pertandingan. Area yang pas untuk move-on. Ya, tempat itu sangat nyaman
untuk memandang cool-nya para pemain
basket tanpa pasangannya. Kembali pada pesan yang temanku sampaikan, ia
mengajak untuk segera turun dan menunaikan ibadah sholat ashar. Aku segera
mencari jalan turun. Dan kembali ke area parkiran kendaraan. Namun tak kembali
pada masa yang telah lalu.
Aku bertemu temanku dan kami banyak mengobrol tentang apa
yang kami alami tadi selagi pertandingan, dia bercerita tentang para pemain
putra yang berhasil di tangkap mata lensa kameranya. Sedang aku hanya terdiam
mendengarkan ceritanya tanpa ingin menceritakan apa yang aku pikirkan tadi.
Begitu seterusnya. Aku hampir saja lelah. Apalaagi jika
sponsor utama acara itu sedang memutarkan iklannya di layar, ditengah-tengah
Gedung Olahraga itu. “…terus melaju, lupakan masa lalu…” aku malah semakin
mengingat apa yang seharusnya tak aku ingat. Semakin merindu masa yang tak
mungkin ku bertemu. Semakin memikirkan dan menghabiskan banyak waktuku yang
berharga.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar