Awal
pertemuanku denganmu hanyalah sebuah kebetulan tak berarti, tak berkesan selama
pertemuan itu terjadi. Namun sang waktu yang amat sering mempertemukan kita,
benih benih rasa rindu kian marak ditanam saat tak berjumpa, ditanam dengan
amat dalam, dirawat oleh senyuman sapaan pagimu dan disirami dengan rutin oleh
percakapan perhatianmu kepadaku. Ya benar, kau begitu perhatian. Kau juga
begitu memperhatikanku dalam setiap liku kehidupanku dengan pertanyaan
pertanyaan manismu. Kehidupanku terasa berwarna dengan aneka rasa senang
menghabiskan waktu bersamamu. Pesan untuk selalu menjaga kesehatan, larangan
kecil agar berhati hati dijalan, dan segalanya terasa damai bersamamu. Namun
semua itu hilang begitu saja. Dimulai saat pagi itu aku bertemu denganmu di
kampus, kau terlihat diam dan merenung sehingga tak sadar ada hadirku disitu,
aku tak berani bertanya apa apa, aku takut jika itu hal yang sangat rahasia,
aku hanya bisa menengangkanmu dengan suara perlahan dan kata yang lembut.
Waktu
bergulir. Malam itu kita hanya bisa berkirim pesan, dengan suasana yang sangat
kering. Suasana terasa sepi, hanya ada aku, kamu, dan pesan singkat di handphone ini. seketika kedamaian,
kesunyian, kesepian malam itu terpecah oleh air mata yang aku titikan, serasa
dunia berubah menjadi abu-abu karena pesan singkatmu yang berisi kata kata
untuk mengakhiri hubungan yang kita jalani, hubungan yang aku anggap selama ini
berjalan baik baik saja sebelum malam ini terjadi. Aku menangis sejadi-jadinya,
ku titikan buliran bening dengan derasnya, aku tak peduli butuh berapa pack tisu untuk menghapus air mata ku
yang mengalir. Kali ini aku tak bisa sembunyikan perasaanku. Sedih sekali
rasanya, aku harus kehilangan seseorang yang bisa membuat hidupku berwarna.
Tanggal
di jam tanganku sudah bertambah 1, 21. Aku bertemu kau di lobby kampus. Berpapasan tanpa tegur sapa.. berjalan biasa
selayaknya tidak pernah terjadi apa apa diantara kita, aku merasa kehilangan
sesuatu, tapi semua perubahan sikap itu masih bisa aku terima dengan lapang
dada, dengan ikhlasnya. Aku terpaksa tersenyum agar kau tak perlu khawatir
terhadap apa yang telah terjadi semalam. Namun semua kekhawatira ku itu salah
besar, aku melihatmu asyik bermain dengan teman teman baru mu yang tampak asing
bagiku. Maaf. Aku mengamati kegiatanmu disana, meski kita sudah tak bersama,
tapi aku tak bisa menahan diriku untuk tidak mencarimu. Disela keriuhan canda
tawa temanmu, aku melihat suatu pemandangan yang benar benar tidak aku
harapkan, pemandangan yang sungguh membuat aku merasa sakit dan patah hati.
Benar benar patah hati. Aku mendapatimu meraih tangan seorang perempuan dan
menatap matanya dalam dalam. Sungguh terluka aku saat itu. Rasanya aku ingin
menganggu kalian. Aku tak tahan namun pada akhirnya aku hanya memutuskan untuk
menjauh dan pergi dari pemandangan itu setelah aku melihatmu memberikan seikat
bunga untuk perempuan itu.
Sang
surya telah terganti oleh sinar rembulan yang memancar terang malam itu. begitu
cepat aku terganti... aku bisa melihatnya. Kini semua pebedaan itu baru
terasa.. hampa, tak ada lagi yang memperhatikanku, tak ada pertanyaan
pertanyaan kecil yang terselip di handphone
ku disela sela aktivitasku, yaaa aku akui memang terkadang aku jengkel karena
mungkin sedikit mengganggu tapi setelah ketidakhadirannya, aku
merindukannya.............
kehampaan ini begitu terasa setelah pelengkap hidupku menghilang, aku sempat putus asa. Seperti ballpoint tanpa tinta, seperti handphone tanpa pulsa. YA! Untuk apa?!
aku mulai merindu
aku mulai merasa hampa dan sepi
semua terjadi bergitu cepat tanpa aku sadari. Rasanya baru kemarin aku berkenalan denganmu, bertatap muka bertanya nama. Tapi kini semua berakhir tak bahagia, iya itu bagiku. Karena bagimu akhir bahagia karena kau telah bersama perempuan yang tak aku kenal. Aku berharap kau tak merasakan sakit seperti apa yang aku alami saat ini karena perempuan itu. Tak apa cukup aku saja yang merasakannya.
kehampaan ini begitu terasa setelah pelengkap hidupku menghilang, aku sempat putus asa. Seperti ballpoint tanpa tinta, seperti handphone tanpa pulsa. YA! Untuk apa?!
aku mulai merindu
aku mulai merasa hampa dan sepi
semua terjadi bergitu cepat tanpa aku sadari. Rasanya baru kemarin aku berkenalan denganmu, bertatap muka bertanya nama. Tapi kini semua berakhir tak bahagia, iya itu bagiku. Karena bagimu akhir bahagia karena kau telah bersama perempuan yang tak aku kenal. Aku berharap kau tak merasakan sakit seperti apa yang aku alami saat ini karena perempuan itu. Tak apa cukup aku saja yang merasakannya.
Sinar
sang surya menyentuh hangat tubuhku, yang aku harap bisa membakar semua
kegelisahanku dan melengkapi kehampaanku. Aku mencoba melangkah, membaca
lembaran baru bukuku tanpa tertulis namamu....
sudah sekian kali aku melewati pagiku sendiri, melangkah pasti untuk mencoba mengakhiri semua kehampaan ini. tiba tiba aku mendapat suatu pekerjaan yang mengharuskanku bertemu seseorang, dia senior ku yang akan mengajari beberapa hal dalam pekerjaanku ini. Ya hal yang sama, perjumpaan pertama, tatap muka seperti pada umumnya, tidak ada suatu perasaan yang mengganjal, tidak ada keberatan hati untuk pergi pulang dan berpisah. Langkah ini terasa ringan. Kita mengobrol, hanya sebatas masalah bisnis saja tapi entah mengapa perbincangan kita bisa meluas kemana mana, kita mulai membicarakan cita cita, hobi, tempat, lagu dan film yang kita sukai, tak ada persamaan diantaranya namun kita tertawa dan cerita bersama. Aku mulai merasa senang. Kita bertukar nomor handphone, alamat e-mail, akun sosial media. Kita jadi lebih sering bertemu diluar jam kerja, hanya untuk sekedar makan ataupun menceritakan hal hal kecil dihidup kita. Kau pun mulai menanyakan bagaimana mood ku hari ini, dan pertanyaan itu memancingku untuk bercerita banyak tentang hidupku, aku melihatmu tak bosan mendengarkan cerita panjang lebarku kau terlihat senang jika aku juga senang, seperti kau menjadi pendengar curhat setiaku. aku merasakan feel itu. Aku mulai nyaman denganmu. Tak khayalnya, mulai terucap kata kata manis yang menyemangati ku untuk disetiap pagiku, terdengar perhatian kecil di suara beratmu yang membuat ku selalu teringat akan waktu kita bertemu. Aku benar benar merasa nyaman bersama sikap dewasamu, dan semua itu. Sesibuk apapun dirimu kau selalu meluangkan waktu bersamaku, mendengarkan cerita tak bermutu dariku, semua itu membuatku bersemangat lagi menjalani kehidupanku yang hampa karena kehilangan dia yang dulu pernah ada dan pernah mengisi hati ini. perhatianmu melebihi perhatiannya membuat aku merasa berarti di mata orang lain.
sudah sekian kali aku melewati pagiku sendiri, melangkah pasti untuk mencoba mengakhiri semua kehampaan ini. tiba tiba aku mendapat suatu pekerjaan yang mengharuskanku bertemu seseorang, dia senior ku yang akan mengajari beberapa hal dalam pekerjaanku ini. Ya hal yang sama, perjumpaan pertama, tatap muka seperti pada umumnya, tidak ada suatu perasaan yang mengganjal, tidak ada keberatan hati untuk pergi pulang dan berpisah. Langkah ini terasa ringan. Kita mengobrol, hanya sebatas masalah bisnis saja tapi entah mengapa perbincangan kita bisa meluas kemana mana, kita mulai membicarakan cita cita, hobi, tempat, lagu dan film yang kita sukai, tak ada persamaan diantaranya namun kita tertawa dan cerita bersama. Aku mulai merasa senang. Kita bertukar nomor handphone, alamat e-mail, akun sosial media. Kita jadi lebih sering bertemu diluar jam kerja, hanya untuk sekedar makan ataupun menceritakan hal hal kecil dihidup kita. Kau pun mulai menanyakan bagaimana mood ku hari ini, dan pertanyaan itu memancingku untuk bercerita banyak tentang hidupku, aku melihatmu tak bosan mendengarkan cerita panjang lebarku kau terlihat senang jika aku juga senang, seperti kau menjadi pendengar curhat setiaku. aku merasakan feel itu. Aku mulai nyaman denganmu. Tak khayalnya, mulai terucap kata kata manis yang menyemangati ku untuk disetiap pagiku, terdengar perhatian kecil di suara beratmu yang membuat ku selalu teringat akan waktu kita bertemu. Aku benar benar merasa nyaman bersama sikap dewasamu, dan semua itu. Sesibuk apapun dirimu kau selalu meluangkan waktu bersamaku, mendengarkan cerita tak bermutu dariku, semua itu membuatku bersemangat lagi menjalani kehidupanku yang hampa karena kehilangan dia yang dulu pernah ada dan pernah mengisi hati ini. perhatianmu melebihi perhatiannya membuat aku merasa berarti di mata orang lain.
Seiring berdentangnya jam dinding, tersobeknya
kertas kalender tiap bulannya kini bisa aku tulis beberapa kalimat untuk
mengisi titik-titik yang harus disimpulkan dari tiap akhir halaman buku
kehidupanku. Kau lah yang mengisi hariku selagi aku menyandang kehampaan ini,
selagi aku meratapi perbedaan yang dia buat. Kau mengisi kehampaan hidupku dan
semua yang dulu pernah hilang kini tergantikan oleh dirimu. Aku bahagia bisa
mengenal dan bersamamu. Semoga dirimu berbeda, tak menyakitiku seperti dia.
Namun maafkan aku yang mungkin masih membandingkanmu dengan dirinya yang telah
berlalu. Maafkan aku yang masih mengungkit waktu kebersamaanku dengan masa
lalu. Maafkan aku jika perpisahanku dengan masa lalu membutuhkan waktu yang
begitu lama tapi aku juga sedang berusaha mengganti sosoknya dengan mu. Dan
terimakasih telah hadir dalam hidupku dan sekali lagi terimakasih telah mengisi
kekosongan hatiku dan kehampaan hidupku J