Aku takkan seberani ini jikalau dulu aku tak lahir dari
rahimu yang kokoh.
Aku takkan semampu ini untuk menulis, membaca tanpa asuh
kasih mu.
Aku takkan sekuat ini untuk berlari dan berjalan tanpa
nutrisi darimu.
Aku takkan melepaskan semua ingatanku, darimana aku berasal.
Darimu, engkau yang hebat dan perkasa.
Aku akan mengenggam tanganmu dan menuntunmu, saat engkau
mulai beranjak tua.
Tua, Bagiku itu hal alami terhebat yang pernah aku tau.
Seberusaha mungkin aku menuntunmu, menuju tempat yang engkau
inginkan, tempat yang sedari dulu engkau impikan, Makkah.
Aku ingin membalas budi jasamu. Melahirkanku, mengasuhku,
membiayai hidupku, mengurusku, dan sudahlah lebih dari kata cukup ketika engkau
tak pernah mengatakan ‘menyayangiku’ namun semua sikap perilaku sudah menunjukan
isi hatimu.
Aku mendoakan diam-diam, aku tak ingin ada yang mengetahui
air mata karena takut kehilangan sosok malaikat yang bersamaku hingga detik
nafasku.
Aku takut, namun semua ketakutan itu akan terjadi suatu saat
nanti. Mungkin aku takkan sanggup menahan pedihnya mata ketika memang harus
terbanjiri air mata, aku mungkin takkan sanggup. dan mungkin aku akan terus
berdzikir memohon hal yang tak mungkin terjadi.namun jika semua itu telah terjadi
Aku hanya ingin menjadi anak yang
berbakti dan doaku selalu di kabulkan oleh-Nya, doaku untukmu. Ibu.